Wednesday 3 August 2022

Bagaimana Menulis Cerita yang Menarik?


Cerita yang menarik adalah cerita yang ketika disimak akan memampukan pembaca untuk menciptakan sebuah pemahaman terhadap sesuatu di dalam pikiran dan perasaan, termasuk tentang kelogikaannya. Sedangkan pemahaman yang muncul tersebut bukan diperoleh dari nasihat-nasihat vulgar dan petuah-petuah kasar, tetapi pemahahan yang dihasilkan dari narasi netral. Tetapi pengertian tersebut bukan lantas penulis tidak boleh menitipkan pesan di dalamnya. Yang menjadi perhatian adalah bagaimana pesan tersebut dapat disampaikan tidak dengan cara-cara yang norak.

Alasan mengapa kita harus cerdas menempatkan pesan kita dalam tulisan karena manusia pada umumnya, terkhususnya zaman melenia ini hampir tidak menyukai sebuah nasihat yang dituturkan dengan cara terbuka. Pada kenyataannya sebuah kesadaran yang unggul selalu datang dari dalam diri manusia, sedangkan kedudukan segala hal yang ada di luar manusia hendaknya hanya sampai kepada sebuah ajakan, dan ajakan itupun tidak juga disampaikan dengan cara langsung.

Pada dasarnya seburuk apa pun tulisan kita, sebenarnya kita telah membuat sebuah ajakan untuk memahami sesuatu, lebih besar dari itu, kita ingin memberi nilai kebenaran universal di dalam tulisan tersebut. Tetapi yang sering luput kita perhatikan bahwa tidak semua pembaca akan setuju dengan apa yang akan kita ungkapkan. Dengan menggunakan teknik bercerita yang baik, kita telah berusaha bijaksana, sehingga pada akhirnya semua akan dikembalikan kepada pembaca.


Cara Praktis

Di bawah ini beberapa cara praktis, agar kita bisa membuat cerita yang baik. Cerita yang tidak sekadar cerita, tetapi cerita yang dituturkan ke dalam narasi-narasi yang bertanggung jawab.

1. Ide

Pertanyaan yang sering muncul perihal ide adalah: Kapan ide itu datang? Atau bagaimana mendapatkan ide-ide tersebut? Sesungguhnya ide yang bagus tidak pernah kita dapatkan secara cuma-cuma. Ide, terlebih ide yang bagus tidak akan pernah datang jika kita tidak berusaha peka. Salah satu syarat agar kita bisa peka adalah dengan melakukan pengamatan terhadap sesuatu. Mengamati secara fokus terhadap sesuatu akan memancing pikiran kita berimajinasi. Selanjutnya syarat kedua adalah membaca, karena kita tidak akan pernah tahu secara rinci dan detail tentang segala sesuatunya tanpa kita mau belajar (Dalam hal ini membaca).


2. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam cerita yang akan kita pakai bisa mempengaruhi kualitas cerita. Termasuk sudut pandang benda mati, atau binatang yang terkadang bisa membuat cerita menjadi unik. Termasuk dengan teknik penyebutan kamu/kau untuk tokoh utamanya.


3. Kelogikaan Cerita

Salah satu pengujian cerita yang kita buat itu bagus atau tidak dilihat dari kelogikaannya, baik kelogikaan jalan ceritanya, kelogikaan setiap peristiwanya, dan kelogikaan kalimat-kalimatnya. Jika di sana ada indikasi gagal logika, atau tidak masuk akal, cerita itu akan bisa disebut cerita yang gagal.


4. Tanda/Clue

Salah satu kiat agar kita terlepas dari tuduhan sebagai penulis yang kurang ajar adalah pandai-pandai menempatkan sebuah tanda/clue yang akan kita jadikan senjata untuk membuat peristiwa yang nalar. Karena peristiwa dalam fiksi sesungguhnya tidak datang dengan sendirinya, dia ada karena sebelumnya telah ada satu atau beberapa clue yang diam-diam kita taruh sebagai pendukung/alasan. Penulis bukan Tuhan. Penulis hanya tuhan-tuhanan yang jika ingin membuat peristiwa harus dengan alasan yang masuk akal (clue).


5. Alur Cerita

Jika sebuah cerita yang akan kita buat bakal bisa melantur ke mana-mana di awal, mengapa cerita itu tidak kita penggal saja? Kita bisa memulai cerita itu dari tengah atau bahkan dari bagian akhir sebelum ending. Atau berpindah-pindah. Cara ini akan membantu pembaca segera mendapatkan gambaran masalah yang akan kita disajikan.


6. Karakter Tokoh

Karakter tokoh yang kuat akan membantu penulis membuat plot yang tak terlihat. Membantu pula dalam mendukung clue yang penulis ingin sertakan. Hal itu kenapa ada beberapa pembaca bisa sangat berkesan dengan tokoh karena alasan tokoh itu berkarakter.


7. Ending

Sesungguhnya cerita itu tidak pernah berakhir. Meski begitu, cerita tetap selalu diakhiri. Ada tiga macam cara untuk mengakhiri sebuah cerita.

a. Mengejutkan. Akhir cerita yang mempunyai daya pikat tinggi. Jika bisa mencengangkan. Akhir yang tidak biasa.

b. Terbuka. Akhir cerita yang tetap membawa unsur tanya, atau sebuah ambigu. Tetapi di dalam keterbukaan itu, segala arah bisa tertuju, tetapi penulis sebenarnya tetap bisa menaruh kemudi yang akan memilih ending yang diinginkan. Tentu saja tetap dengan cara memberi kebebasan pembacanya yang menentukan.

c. Tertutup. Akhir cerita yang biasanya mempunyai kelebihan dalan rasa. Menyentuh. Peran clue dalam ending jenis begini sangat penting.


8. Kerapian.

Tentu saja tulisan itu harus sudah rapi secara teknik, kalimat-kalimatnya benar, tata bahasa benar dan meminimalkan kesalahan ketik.

__________________

Materi menulis di atas saya dapatkan ketika saya mengikuti kelas menulis cerpen yang dibimbing langsung oleh Mentor Pak Yuditeha, seorang penulis puisi dan cerita.

No comments:

Post a Comment