Sunday 11 August 2019

Kau dan Segala yang Tak Usai


Cerita-cerita yang dulu nampak lucu, kini tak lagi bisa membuat kita tertawa. Hal-lal  yang dulu nampak sederhana, kini menjadi begitu rumit dan asing.

Tak ada lagi percakapan tentang pagi yang memerlukan pelukan, juga malam-malam penuh doa. Tak ada lagi perdebatan tentang siapa yang paling dan lebih sering merindu, juga tentang siapa yang lebih sibuk setiap waktu.

Kau dan aku seperti tengah mengambil jarak, memberi jeda pada arti "kita" entah siapa yang kelak akan menyerah, berbalik arah dan memeluk lebih dulu. Jika boleh memilih, biar aku saja.

Biar aku yang memahami bahwa jalan kembali ternyata sulit ditempuh, hingga kelak tak mudah memutuskan pergi.
Biar aku yang memahami bila pelukmu begitu berarti, hingga kelak tak mudah kulepaskan.

Kau dan aku seperti dua orang kelelahan, saling sembunyi dan menunggu ditemukan, entah siapa yang kelak akan menyerah, keluar dari keinginan membohongi diri sendiri. Jika boleh memilih, biar aku saja.

Biar aku yang belajar menemukanmu, hingga kelak tak membiarkan (si)apapun mencurimu.
Biar aku yang belajar mencari, hingga kelak mampu mempertahankan apapun yang kumiliki.

Untuk amarahmu, untuk kecewamu, untuk apapun yang masih kau rasakan, boleh kutukar dengan pelukan?

Aku rindu kau dan segala yang tak usai di kepalaku.