RESENSI (ULASAN) BUKU
Oleh: Ni’matuz Zahroh, M.Pd
A.
IDENTITAS
BUKU
Judul: Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2011 (Cetakan ke-25: Mei 2019)
ISBN: 978-6020-331-584
Tebal: 304 halaman; 20 cm
B.
ORIENTASI
Novel ini adalah novel Tere Liye kesekian yang membuat saya
baper. Harus saya akui, Tere Liye memang pintar membuat mak-emak seperti saya
baper dan cengeng.
C.
SINOPSIS
Isi novel ini mengisahkan tentang seorang pria bernama Dam
yang melarang keras kedua anaknya, Zas dan Qon untuk mendengarkan cerita
ayahnya. Ia menganggap semua kisah ayahnya hanya bohong belaka. Selama
bertahun-tahun ia percaya pada cerita-cerita ayahnya mengenai pesepak bola
kesayangannya, apel emas, lembah Bukhara, Raja Tidur, dan lain-lain, tetapi momen
meninggal ibunya mengubah segalanya. Ia berhenti percaya pada semua cerita
ayahnya yang ia anggap hanya omong kosong belaka.
D.
ANALISIS
Bertutur dengan alur campuran, maju dan mundur, mengambil setting saat Dam kecil, remaja, dan dewasa, novel ini begitu ringan, tetapi memberi kesan mendalam. Kisah persahabatan yang berujung cinta antara Dam dan Taani dituturkan dengan begitu manis dan lucu. Di akhir kisah, Dam akhirnya menyadari bahwa ayahnya bukanlah seorang pembohong.
Novel ini penuh dengan muatan pelajaran moral. Bagaimana hubungan yang hangat antara seorang anak dengan ayahnya yang terjalin melalui kemampuan bercerita ayahnya. Selain itu, bisa kita lihat bagaimana karakter seorang anak yang kadang bandel dan keras kepala, tetapi begitu menyayangi ibunya dengan rutin memijatnya dan menuruti semua perkataan ibunya.
Seperti biasa, di dalam setiap novelnya, Tere Liye menyisipkan nilai moral tentang: kesederhanaan, kerja keras, sikap hormat kepada orang tua, kepercayaan, cinta, dan ketulusan.
Saya sangat menikmati pilihan diksi Tere Liye yang terkadang diulang sehingga saya hapal. Contohnya: Hujan membungkus rumah ini.
Dua kutipan dari buku ini yang saya sukai:
" … hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biarkan waktu yang menjadi obat ..."
"… kalau kau punya hati yang lapang, hati yang dalam,
mata air kebahagiaan itu akan mengucur deras. Tidak ada kesedihan yang bisa
merusaknya, termasuk kesedihan karena cemburu, iri, atau dengki dengan
kebahagiaan orang lain. Sebaliknya, kebahagiaan atas gelar hebat, pangkat
tinggi, kekuasaan, harta benda, itu semua tidak akan menambah sedikit pun
beningnya kebahagiaan yang kau miliki."
E.
EVALUASI
Sayangnya, di novel ini masih terdapat beberapa salah ketik
yang terlewat dari proses pengeditan. Akan tetapi, buku ini sangat layak dibaca
sebagai pengingat kita. Bahwa, kehadiran ayah sangat berarti dalam kehidupan
ini.
Sekian ulasan dari saya. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment